08 Desember 2020

Misteri yang Terkuak

Yah 2020 dah (mau) abis

2020 sudah tinggal beberapa minggu lagi. Kondisi seluruh dunia masih tidak stabil. Pertumbuhan ekonomi minus, beberapa outlet supermarket tutup, pengusaha memotong pengeluaran di sana-sini, usaha-usaha kecil megap-megap, dan keresahan terlihat di berbagai sudut dunia. Dalam selimut gelap Corona ada setitik harapan yang terlihat menyibak tabir kemelut yang melanda dunia ini. Meskipun angka kenaikan kasus masih tinggi dan beberapa bagian dunia masih menerapkan lockdown, sejumlah organisasi telah memelopori pembuatan vaksin. 

02 Desember 2020

Fuck it, I'll build my PC anyway (Chapter 4)

 More Complications :(

Cerita merakit PC masih berlanjut. What happened was heartbreaking moments, bad news. Jadi PC nya sudah dipakai browsing, nonton video, diinstall beberapa program, dan sudah dibuat main game juga. Suatu sore PC saya nyalakan, waktu itu PC saya tinggal menyala dalam beberapa jam. Sebelum saya tinggal, PC saya pakai tanpa ada tanda-tanda bermasalah. Everything was fine and dandy.  Waktu akan saya pakai lagi, PC kelihatan dalam kondisi sleep/stand-by. Monitor mati, semua kipas mati dan lampu indikator power berkedip-kedip. Beberapa tombol keyboard saya tekan tidak ada respon. Tombol power dan reset juga tidak ada reaksi. I was sweating profusely. Beberapa kali kejadian trouble dengan PC dan tubuh saya menanggapi dengan berkeringat. Tiba-tiba rasanya gerah banget.

10 November 2020

Fuck It, I'll Build My PC Anyway (Chapter 3)

Bulan November 2020

Sudah mendekati akhir tahun 2020. Hujan mulai sering turun semenjak akhir Oktober. Beberapa kali pulang dari kantor diguyur hujan. Akhir tahun sudah membayangi dan mulai cari-cari tanggal buat liburan. Jatah cuti tahun ini masih 11 hari. Ya, kan lebaran ga cuti, terus cuma cuti sehari buat nyervis motor. Cerita ngerakit PC masih berlanjut. Bulan ini banyak yang dilakukan, jadi mungkin ada yang ga terceritakan.

13 Oktober 2020

Fuck it, I'll build my PC anyway (Chapter 2)

Laptop Legacy

Bulan ini melanjutkan rencana buat PC baru yaitu siapin laptop legacy. Maksud dari rencana ini agar laptop ASUS GL553VD masih bisa dipakai walaupun dengan kapasitas terbatas. 2 harddisk yang terpasang akan dipindah ke PC baru. Laptop dipasang SSD 256GB guna memaksimalkan potensi laptop ini maka dipasanglah SSD M.2 dengan form factor M.2 2280. SSD ini bentuknya kartu dengan dimensi 22x80x3 mm menggunakan slot M.2. Dipilih SSD yang kecepatan SATA3 agar masuk budget. Slot harddisk 2.5" nanti akan kosong dan misalkan mau digunakan secara rutin bisa ditambah harddisk 2.5" lagi. Dengan begini laptop tetap bisa dipakai apabila diperlukan.

Slot SSD M.2 sudah diisi

Karena tidak ada perubahan OS dan laptop yang dipakai sama, maka OS dari harddisk di Cloning ke SSD. System clone dilakukan dengan bantuan EaseUs Todo Backup. System clone itu menduplikasi semua file secara persis dan sama ke volume baru. Proses system clone berjalan selama kurang lebih 15 menit. Drive C di harddisk sekitar 200GB diclone ke SSD 256GB. SSD diformat GPT lalu diclone. Hasilnya di SSD ada partisi baru yang bootable. Kemudian setting urutan boot di BIOS. Proses booting di SSD lebih cepat daripada booting di harddisk. Lihat video di bawah untuk perbandingan keduanya. Timer di start saat tombol power ditekan dan berhenti saat Steam Login muncul. Hasilnya ...

Dengan Harddisk

Dengan SSD
PC baru nanti tahun depan baru bisa lengkap setelah monitor dibeli. Sampai saat ini belum ada monitor yang dilirik. Pingin punya monitor yang speknya 1080p 100-120Hz dengan built-in speaker dan ukuran layar masih belum tahu juga. Sementara belum ada monitor, PC baru akan tetap dipakai lewat akses remote desktop. Laptop akan dipakai untuk mengakses PC baru. Akses remote desktop akan dicoba dengan Parsec. Nanti akan dites bagaimana performa saat gaming. Parsec ini penyedia cloud gaming. Penyewaan komputer berbayar dan bisa diakses dari tempat lain yang punya PC spek lebih rendah. Sepertinya untuk remote desktop PC sendiri tidak ada biaya karena core bussiness mereka adalah cloud gaming.

GPU

GPU - gozok pijit urut, hehe bukan. Graphic Processing Unit atau Graphic Card. Bisa dibilang 50-70% dari total harga PC set adalah untuk GPU sendiri. Awalnya berminat untuk pakai RTX 2070 Super. Harga baru berkisar 7-9jutaan. Nvidia seri RTX 20 ini pertama kali memiliki fitur Ray Tracing. Sounds cool right? GPU ini dirilis tahun 2019, masih 1 tahun dari rilis, relatif baru banget.  Harga masih stabil dari tahun lalu dan hampir tidak ada barang second. Walaupun waktu entri ini ditulis Nvidia baru merilis seri RTX 30. Dengan harga segitu dan kompromi di part-part lain sempat yakin untuk beli GPU ini.

Pencarian terus berlanjut dengan lihat-lihat review dan cek harga di toko online. Saat lihat review tentang RTX 2060 Super vs RTX 2070 Super di sini. Ada hasil yang menarik sekali, yaitu di performa GTX 1080 Ti.  Performa GTX 1080 Ti selalu tidak jauh dari RTX 2070 Super. Dan di review yang kedua juga menunjukkan hal yang sama. GPU lama yang tidak jauh performanya dengan GPU baru. Berbagai macam review juga memberikan masukan yang tidak jauh berbeda yaitu di tahun 2020, GTX 1080 Ti masih bersaing dengan GPU yang lebih baru. GTX 1080 Ti dirilis tahun 2017, tidak support fitur Ray Tracing. Dan yang berhasil merebut hati saya adalah pasar barang second. Di toko online newegg.com harga Aorus GTX 1080 Ti baru berkisar di USD 1000 dan used di USD 800. Di Sidoarjo ada yang jual GPU yang sama dan berhasil saya beli dengan harga Rp 8juta. Terbelilah GPU saya. Nanti sekitar 5-6 tahun lagi apabila PC akan diupgrade, part pertama yang ganti adalah GPU.  

Beli beli beli

Bulan September yang sudah terbeli adalah SSD untuk laptop legacy, keyboard, dan GPU. Bulan Oktober ini akan mulai beli komponen utama lainnya.

26 September 2020

Fuck it, I'll build my PC anyway (Chapter 1)

Whazaaap

Sekarang sudah minggu ke-39, 3/4 perjalanan di tahun yang penuh bulshittery ini. Tahun 2020 tinggal 3 bulan. Situasi dunia masih tidak stabil. Banyak kejadian-kejadian tidak menyenangkan sampai saat ini. What a sad year :( Tapi dalam kesedihan itu masih ada sedikit kebahagiaan yang mengajak untuk terus melangkah. A tiny spot of light surrounded by pitch of blackness. 

29 Juli 2020

Ke Jakarta dan Kembali

Sebelum Berangkat
It was that time of the year again. Sudah tiba waktunya untuk Half Year Meeting di kantor Jakarta. You heard it right. A meeting amidst pandemic! Beberapa hari sebelum keberangkatan semua ngobrol soal moda transportasi yang digunakan. Dipikirkan juga bagaimana akses masuk dan keluar Jakarta. Banyak opsi diletakkan di meja. Termasuk opsi untuk tidak berangkat ke Jakarta dan diganti dengan meeting online. Setelah diperhitungkan risiko dan biaya perjalanan, akhirnya diputuskan untuk tetap berangkat dengan memakai mobil kantor. 4 guys in a car with improper air circulation and no physical distancing sharing snack from the same pack. Sounds crazy right. But we did it anyway.

21 Juli 2020

Lubang di Dalam Hati

What is going on?
Tahun 2020 sudah sampai di bulan Juli. Things are getting worse since March. Situasi pandemi yang terjadi di seluruh dunia sudah merambah ke berbagai macam bidang. Selain bidang kesehatan, bidang ekonomi menjadi salah satu yang terdampak keras. Di kantor sempat beredar email yang menceritakan situasi perusahaan-perusahaan dunia. Berikut cuplikan emailnya:

31 Maret 2020

Tentang Pegangan

Whazaaap
Tahun 2020 sudah sampai di bulan Maret. First entry of the year. Tahun ini diawali dengan situasi yang memprihatinkan. Banyak musibah terjadi di seluruh penjuru dunia. Ada banjir besar, kebakaran, wabah penyakit. Suka serem kalau lihat berita, lihat meme, lihat grup WA, lihat yutub, things are not okay these days. Rasa takut, cemas, khawatir, panic buying menyelimuti kehidupan sehari-hari. Semoga tidak berlanjut sampai akhir tahun. Beruntung sampai saat ini musibah-musibah tersebut belum saya alami. Begitulah ringkasan dari apa yang terjadi sampai sekarang. 

Once upon a time ...
Dulu saat masa-masa SMA suka dengerin musik. Macem-macem genre, pop, reggae, metal, rock. Salah satu band Indonesia favorit jaman itu Bondan Prakoso Fade2Black. Satu lagu ciptaan mereka yang disuka judulnya Ya Sudahlah. Satu bagian lirik yang selalu terngiang adalah "Janganlah kau bersedih, cause everything's gonna be okay". Dan saat itu ku tahu, ini akan ku pegang tuk jalani hari-hari. Saya ceritakan juga ke beberapa teman dan mereka juga yakin bahwa itu baik dan benar untuk diikuti. Karena masih muda ya, hidup masih bebas, ignorant, dan memang bener semuanya kan baik-baik saja. Almost zero worries. Waktu mau menjelang ujian nasional, temen-temen banyak yang kelihatan khawatir, ketakutan, stress tapi saya tetep enjoy saja dengan ritme belajar normal. Dan memang bener sampai lulus SMA semua baik-baik saja.

Lanjut saat kuliah, penggalan lirik itu masih tersemat dalam batin. Rasa takut dan khawatir tak jarang menghantui pikiran. Tapi pada akhirnya semua itu bisa hilang. Memang hidup gak se-luwes saat sekolah. Berbagai rintangan dan kesulitan dihadapi. It was not bad, because there was a chance to fix or redeem myself. Kesempatan tidak hanya datang satu kali. Opsi untuk memperbaiki kesalahan pasti ada, tinggal mau diambil atau tidak. Dan move on dari kesalahan itu. I could find some kind of satisfaction in failure. Ada gairah untuk kembali mengulang dan memperbaiki situasi. 

Everything is not gonna be okay
Setelah lulus kuliah, mulai kerja, the real life started, the real war that I must fight. Waktu freshly graduated punya mindset jangan khawatir untuk mencoba hal baru, seperti kerja di luar disiplin ilmu yang dipelajari saat kuliah. Semakin kesini semakin terasa bahwa gak bisa seperti dulu. Pokoknya tiap hari bisa makan dan tidur istirahat. Beraktivitas sebisanya.

I wish living my life the way I like in the past. But living in the past is not good. So it sucks now. Can someone please make it go away? Everything that has beginning will eventually end. So I'm just going to wait this out. Sigh. 

now all that great heart lying still
In silent suffering
Smiling like a clown until the show has come to an end

---- Song of Myself, Nightwish, 2011