01 April 2021

SPEC OPS: THE LINE - A Sanity Check

Beberapa hari yang lalu, baru selesai main game Spec Ops: The Line. Tak asing bagi saya main game shooter dengan military storyline. Mostly Call of Duty franchise. Game ini sukses memberikan saya pengalaman yang belum pernah saya rasakan dengan game-game sebelumnya. Kesulitan game terus meningkat sejalan dengan alur cerita, ini sudah biasa. Semakin mendekati endgame, permainan semakin sulit. Tapi apa yang diceritakan, bernuansa bukan seperti game pada umumnya. Military storyline, pada umumnya membawa player sebagai tokoh pahlawan, orang baik, "the good guys" dan harus bertarung dengan si jahat, "the bad guys" untuk menyelamatkan atau mencegah sebuah event yang tidak diinginkan sang protagonis. Or sometimes the good guys turned into the bad guys, just because.

The Game

The game took place on a semi-apocalyptic near-future Dubai. Kota Dubai, kota nan megah di tengah-tengah gurun bak permata di tengah lautan pasir. Hanya saja kota itu kehilangan kilaunya. Beberapa bulan sebelum cerita game ini terjadi, Dubai diterpa badai pasir yang amat dahsyat. Seluruh kota terkubur di bawah pasir gurun. Bila dilihat dari persenjataan dan mesin perang yang ada, game ini tidak memberikan kesan lebih canggih dari teknologi sekarang. Peralatan perang yang ada di game bisa ditemukan di masa sekarang.

Dubai

Game ini mengisahkan perjuangan trio Delta Operators yakni Captain Martin Walker, Staff Sergeant John Lugo, dan 1st Lieutenant Alphanso Adams dalam misi mereka mengevakuasi warga sipil yang masih bertahan hidup di Dubai yang terendam pasir. Dalam perjuangan, mereka harus berhadapan dengan milisi lokal, rekan sejawat Amerika, dan cuaca badai pasir Dubai. Milisi lokal biasanya muncul apabila ada situasi yang tidak stabil bertemu dengan adanya konflik militer. Baku tembak dengan milisi lokal tidak banyak terjadi. Diceritakan milisi lokal ini disenjatai oleh agen-agen CIA yang ikut campur dalam situasi di Dubai. Trio Delta Operators juga bertemu dengan beberapa agen tersebut dan tak jarang terlibat dalam operasi-operasi mereka. Figur oposisi lain dalam game ini adalah Colonel John Conrad dan "the Damned" 33rd Battalion. Colonel John Conrad dan kroni militernya berusaha mengendalikan situasi Dubai dengan cara apapun. Pasukan 33rd Battalion sering berhadapan dengan trio Delta Operators. Seringkali trio Delta Operators harus mengambil tindakan ekstrim terhadap pasukan "the Damned" yang sebenarnya sesama warga Amerika. Tokoh lain yang tak kalah penting adalah Radioman dan warga sipil Dubai "the Emiratis". Karakter Radioman ini terlihat misterius. Captain Martin Walker mengaku mengenal dia. Sosok ini merupakan suara provokator di Dubai.

The Delta Operators

Trio Delta Operators diutus dengan misi mengevakuasi warga sipil Dubai. Saat memasuki kota, mereka mendapatkan kontak radio darurat dari militer Amerika. Saat tiba di lokasi sumber radio itu mereka mendapat perlawanan dari milisi lokal. Setelah perlawanan ini mereka mendengar milisi lokal berbincang dengan seorang warga Amerika. Trio Delta Operators melakukan pembuntutan. Pembuntutan berakhir di sebuah tempat interogasi. Ternyata warga Amerika itu adalah agen CIA yang sedang menginterogasi seorang tentara Amerika. Proses interogasi diintervensi oleh trio Delta Operators. Agen CIA terbunuh dan tentara Amerika tersebut dibiarkan pergi. Saat trio Delta Operators bergerak meninggalkan tempat itu mereka mendapat perlawanan dari 33rd Battalion yang ternyata tidak suka dengan kehadiran trio Delta Operators. Dalam perjuangan mereka, mereka mendapat info tentang kekejaman Colonel John Conrad dan 33rd Battalion. Mendengar info ini mereka berencana untuk menghentikan Colonel John Conrad dan pasukannya sembari berusaha untuk mengevakuasi seluruh Dubai. Radio trio Delta Operators kembali menangkap sinyal radio dengan suara percakapan interogasi Agen Daniels seorang agen CIA. Setibanya mereka di lokasi sumber sinyal radio, ternyata tidak ada agen yang diinterogasi. Suara radio hanyalah umpan yang diprakarsai oleh Radioman untuk memancing agen CIA lainnya. Trio Delta Operators harus melarikan diri dari jebakan Radioman. Tak disangka seorang agen CIA juga berada di lokasi. Agen Goulds menyelamatkan trio Delta Operators dari perangkap Radioman. Agen Goulds dan Trio Delta Operators berencana untuk bertemu di suatu lokasi. Sayangnya agen Goulds tertangkap oleh pasukan 33rd Battalion dan tewas di tangan mereka. Agen Goulds meninggalkan sepucuk peta dan trio Delta Operators memutuskan untuk ke lokasi yang ditunjukkan oleh peta itu. Peta itu membawa mereka ke satu markas besar 33rd Battalion. Di tempat itu mereka menemukan mortar fosfor putih yang sangat destruktif. Dengan mortar itu mereka meluluhlantahkan markas itu. Saat berjalan di antara markas  yang hancur, mereka melihat sekumpulan mayat gosong yang tidak berpakaian seragam militer. Di markas itu ternyata ada sekelompok warga sipil yang mengungsi tanpa sepengetahuan Trio Delta Operator. Dan warga sipil malang itu ikut menjadi korban serangan Trio Delta Operators. Moving on. Trio Delta Operators yang sekarang dicap pembunuh mendapatkan radio darurat. Sinyal radio itu membawa mereka ke markas milisi lokal. Seorang agen CIA bernama Griggs menjadi pimpinan di markas itu. Agen Griggs dan Trio Delta Operators melancarkan operasi untuk melemahkan cengkeraman Colonel John Conrad atas Dubai dengan mencuri/menghancurkan satu-satunya stok air bersih di Dubai. Operasi berjalan sesuai rencana dan Agen Griggs terbunuh saat operasi berlangsung. Dengan hilangnya sumber air di Dubai, setiap jiwa yang bertahan hidup di sana tinggal punya waktu 4 hari saja sampai stok air habis. Untuk mengejar waktu yang tersisa, Trio Delta Operators memutuskan untuk menggunakan stasiun radio yang digunakan Radioman untuk mengumumkan bahwa evakuasi kota Dubai akan dilakukan sesegera mungkin. Akhirnya mereka berhasil mengambil alih stasiun radio, dan setelah pengumuman evakuasi mengudara mereka meninggalkan stasiun radio dengan helikopter. Helikopter Trio Delta Operators dikejar oleh helikopter lain milik 33rd Battalion. Pengejaran berakhir saat mereka masuk badai pasir dan satu helikopter pengejar menghantam helikopter mereka.  Helikopter jatuh, Trio Delta Operators selamat namun terpisah satu dengan yang lainnya. Captain Walker bisa menemukan Lieutenant Adams walaupun terus mendapat perlawanan dari 33rd Battalion. Melalui komunikasi radio, Sergeant Lugo memberitahukan bahwa ia berhasil lolos dari 33rd Battalion dan bersembunyi di kamp pengungsi. Komunikasi dengan Sergeant Lugo terputus setelah terdengar suara menggeram. Captain Walker dan Lieutenant Adams terlambat, Sergeant Lugo sudah tewas ditangan para warga sipil di kamp pengungsian itu. Duo Delta Operators melanjutkan perjuangan mereka menghentikan kuasa Colonel John Conrad atas Dubai. Mereka mengetahui dimana lokasi tahta Colonel John Conrad di Dubai. Menurut informasi yang didapatkan, ia berada di sebuah hotel paling tinggi di Dubai. Di halaman hotel mereka menerima sambutan sangat keras dari 33rd Battalion. Terkepung mereka diminta menyerahkan senjata. Lieutenant Adams tidak menghiraukan peringatan dari 33rd Battalion dan meregang nyawa ditembusi timah panas. Captain Walker yang lolos akhirnya masuk ke hotel dan menuju tempat Colonel  John Conrad. Di hotel itu Captain Walker berhadapan dengan kenyataan yang tak terduga. Di sebuah balkon kamar hotel ia menemukan seonggok mayat yang duduk di kursi. Mayat itu menggunakan seragam militer dengan lubang di kepala dan sebuah pistol ditangan. Tak lain dan tak bukan mayat itu adalah mayat Colonel John Conrad. Story fade out to epilogue.

The game was designed to be "physically opposing", causing players to question their thoughts about treating war in a video game as entertainment, and tasks players to make a variety of morally ambiguous decisions. 

--- Spec Ops The Line, Wikipedia


The Unfortunate, The Evil, and The Insane

Who is unfortunate? Para Delta Operators datang ke Dubai menjalankan perintah dari atasan mereka. Di awal game Captain Walker hanya tahu Dubai sebagai no man's land, dimana seharusnya nihil kehadiran kekuatan militer dari pihak manapun. Namun ternyata carut marut Dubai lebih dari yang mereka bayangkan. The Damned 33rd Battalion mereka hanya mengikuti perintah atasan mereka yaitu Colonel John Conrad. Mereka harus berhadapan dengan Delta Operators dan CIA sekaligus milisi lokal. Awalnya Colonel John Conrad dan 33rd Battalion mencoba untuk menyelamatkan Dubai, sayangnya situasi Dubai malah semakin runyam. Warga sipil Dubai seperti jatuh tertimpa tangga, mereka harus menderita dan bertahan hidup di tengah badai pasir ditambah lagi adanya konflik militer. Para warga sipil melampiaskan rasa muak mereka dengan membunuh Sergeant Lugo. Hidup di sana semakin susah saja dengan kehadiran pihak-pihak asing yang ikut campur dalam kemelut Dubai.

Who is evil? Colonel John Conrad dan 33rd Battalion awal mulanya juga ingin membantu menyelamatkan warga sipil. Tapi apakah benar niatan itu yang membuat mereka memutuskan untuk tetap di sana setelah mereka dianggap melawan perintah atasan mereka. Atau hanya melampiaskan kekejaman mereka sebagai balasan atas nasib yang menimpa mereka. Sama halnya dengan Trio Delta Operators, masihkah perjuangan mereka selaras dengan misi yang mereka jalankan. Atau semua tindakan perlawanan dengan 33rd Battalion hanya balas dendam semata. Usaha mereka dalam mengevakuasi Dubai sangat sulit dilihat bahkan bisa dibilang nihil atau semakin menyengsarakan warga sipil. Keberadaan agen-agen CIA juga tidak jelas. Operasi-operasi mereka di Dubai hanya membuat keadaan semakin buruk. Bisa saja agen-agen ini dikirim untuk melawan Colonel John Conrad dan 33rd Battalion dengan metode apapun termasuk mengorbankan warga sipil dengan membentuk milisi lokal. Tidak ada niatan agen CIA untuk menyelamatkan warga sipil Dubai. Sosok Radioman dengan stasiun radionya hanya menambahkan minyak ke dalam api. Apakah semua kejadian di Dubai adalah hasil buah pikirannya? Dan semua karakter yang berseteru hanyalah boneka yang ia kendalikan di panggung pasir Dubai.

Who is insane? Dubai menjadi wadah campur aduk kegilaan semua jiwa yang terperangkap badai pasir di sana. Colonel John Conrad dan pasukan the Damned membunuh warga sipil dan sesama anggota militer Amerika. Siaran Radioman yang haus akan konflik menambah panas situasi Dubai. Trio Delta Operators juga tidak luput dari kegilaan. Captain Walker harus bertarung melawan musuh di dalam dan luar dirinya. Ia harus menjaga kewarasan anggota tim dan dirinya sendiri. Warga sipil yang lelah bertahan hidup harus terhimpit konflik dan cuaca ekstrim mendorong mereka ke jurang kegilaan.

A Sanity Check

Kesehatan jiwa adalah satu poin penting dalam menjalani kehidupan. Pikiran yang jernih bisa menuntun ke jalan yang benar. Tak jarang ada rasa yang menghantui pikiran dan memperkeruh pikiran. Isi pikiran "kapaaan semua ini kan berakhir?". Bisa gila kali ya kalau tahu ujungnya ada dimana. Jiwa yang tidak terurus mungkinkah bisa bertahan. A sanity check is required. 

Kewarasan saya sering ditantang untuk bergesekan dengan kenyataan. Gesekan itu membuat realita menjadi kabur. Sampai-sampai terbawa hingga peraduan. Berisik banget ganggu jam tidur. Bisa diem gak sih, tau gak orang udah capek mau istirahat masih aja diterus-terusin. Kenangan-kenangan usang itu kembali muncul. Mendorong saya ke ruang nostalgia. Ah, my sweet memories. And suddenly a truck carrying present fuckery shows up and blasts me to reality. That reality is here I am sitting in front of my shining screen thinking it was all John fucking Conrad's fault.

I'm trapped in a vile world
Where the ending's all the same as every other
We're only here to die
--- Save Me, Avenged Sevenfold

Tidak ada komentar:

Posting Komentar