Enggan
Entah mengapa akhir-akhir ini jadi jarang ke gereja. Mulai sering ga ke gereja sejak 2-3 bulan lalu. Selama ini enggan ke gereja tidak pernah sesering ini. Keinginan untuk tidak ke gereja sudah pernah muncul tapi akhir-akhir ini frekuensi nya meningkat. Sebulan cuma sekali bahkan tidak sama sekali pergi ke gereja. Rasa enggan muncul setiap Sabtu sore dan di hari Minggu. Di HP sudah pasang alarm jam 3 sore dan bunyi di hari Sabtu dan Minggu saja. Fungsinya untuk mengingatkan untuk ke gereja atau membangunkan untuk bersiap ke gereja. Seringkali alarm tersebut hanya didiamkan saja dan tidak ada tindakan yang konkret. Setelah alarm dimatikan, tidur lagi atau melanjutkan aktivitas lain.
Alasan enggan ke gereja pun bermacam-macam. Mungkin karena bosan ke gereja yang sama berulang kali. Bisa saja ingin istirahat full di rumah selama weekend. Kalau siang agak sore setelah makan biasanya ngantuk terus tidur sampai agak malam, bangun-bangun sudah di atas jam 7. Atau habis begadang, jadi ga bisa bangun pagi buat ke gereja. Rasa enggan kadang juga muncul kalau cuaca ga mendukung. Setelah mas dan adik berkeluarga jadi sekarang kalau ke gereja mesti sendirian. Sebenarnya ke gereja sendiri sering dilakukan sudah sejak kuliah dulu, tapi belakangan ini bosan juga kalau pergi sendirian. Sering saya punya rencana untuk menghabiskan waktu weekend, tapi ternyata karena suatu hal rencana tersebut berubah atau gagal sehingga ga jadi ke gereja.
Waktu SD dulu pernah diberi tahu ada tipe orang katolik NaPas. Orang katolik napas adalah orang katolik yang ke gereja hanya waktu NAtal dan PASkah saja. Saat itu kukira tidak mungkin ada seorang katolik yang menjadi seperti itu. Karena masih anak-anak pemikiran masih belum mendalam tentang berkehidupan katolik. Tidak mungkin seorang katolik hanya pergi ke gereja kalau hari raya natal dan paskah saja, karena setiap minggu pasti harus ke gereja sebagai kewajiban seseorang yang beriman katolik. Dan terlihat bahwa akhir-akhir ini saya akan menjadi seperti itu. Gairah menjadi seorang katolik kelihatan mulai terkikis. Rasa enggan ke gereja memberi sinyal bahwa ada perubahan dalam berkehidupan katolik saya. Sebenarnya takut dan sedih juga kalau beneran jadi seperti itu. Hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi terus menerus. It has to be a phase of my life. Just a phase, nothing more!
It was a dark time for my faith. But deep down I know that this must end. I guess this is where my guilty conscience kicks in.
Reset
Kalau ke Malang sukanya naik motor. Ke Malang naik motor, kira-kira perjalanan 2-3 jam. Naik motor itu pasti kepanasan, kedinginan, dan kehujanan. Di jalan kepanasan, kedinginan, dan kehujanan ini menjadi sebuah refleksi perjalanan hidup saya. Selama perjalanan pasti ada flashback tentang kejadian-kejadian masa lalu. This is a chance for me to reconnect with my past. Hidup bukan di masa lalu, hidup itu di masa sekarang, tapi tidak serta-merta bisa melupakan masa lalu, karena masa lalu adalah yang berjasa menjadikan siapa diri saya saat ini. Kadang kalau keinget momen-momen zaman dulu, bisa senyum-senyum sendiri. This can cause a spark of happiness. Ini juga jadi alasan mengapa saya suka ke Malang naik motor.
Gereja St. Andreas Tidar jadi gereja favorit di Malang. Waktu masih awal-awal kuliah, sering main ke kosan temen di daerah Tidar situ. Kalau main di waktu weekend, pasti ke gereja itu untuk misa. Kalau pas bosen ke gereja di Surabaya, pergi ke sana. Kawasan Tidar termasuk daerah perbukitan dengan hunian elite. Tempatnya sejuk, tenang, jauh dari keramaian walau masih di sekitar kota Malang saja. Ini menjadi daya tarik bagi saya untuk misa di sana saat ingin refreshing. Di dalam gereja pun nyaman. Kalau pas misa pagi hawanya masih dingin, sedangkan waktu misa sore hawanya tidak sepanas di Surabaya. Setiap kali misa, gereja tidak penuh, ada jarak duduk antara umat satu dengan yang lainnya, mungkin karena umatnya sedikit. Paduan suaranya juga enak, kalau nyanyi tidak terlalu keras dan tempo menyanyi santai. Beda dengan di Surabaya, mau misa kapan pun pasti duduk dempetan, paduan suaranya pas nyanyi dicepet-cepetin kan biar cepet selesai misanya, soalnya umatnya banyak.
Akhir-akhir ini sering ada keinginan untuk misa di Malang, cuma ga bener-bener direncanain. Hari itu Sabtu, 12 Oktober 2019. Habis nyervis sepeda motor, mumpung sendirian di rumah, mau misa di Malang aja. I was being random at that moment. No plan, just go! Siang habis makan siang berangkat sekitar jam setengah satu. Di Surabaya jam segitu masih panas-panasnya, di Sidoarjo agak macet dan masih panas. Baru setelah keluar Porong arah Gempol, langit bagian selatan kelihatan mendung. Masuk Lawang sebentar terus hujan. My first rain in the season. Sering juga waktu dulu, ngerasain hujan pertama pas perjalanan ke Malang. Baru mau masuk kota Malang hujan mereda. Sekitar jam setengah empat sudah di sekitar Tidar. Jalan dulu naik ke perumahan elite sekitar Univ Ma Chung, sambil nunggu waktu misa. Jam empat seperempat sudah sampai gereja. Di luar gereja banyak orang memakai pakaian atasan putih dan bawahan hitam. Ternyata sore itu ada penerimaan sakramen Krisma dan diberikan oleh bapa uskup sendiri. Sedikit kaget juga karena jarang bisa misa dengan uskup Malang. Karena ini bulan Rosario, sebelum misa ada doa Rosario dulu.
Inilah saat tombol reset ditekan. Sebelum pemberian sakramen Krisma, ada pembaruan janji Baptis. Kukira pembaruan cuma bagi yang akan menerima sakramen Krisma. Ternyata uskup mengajak seluruh umat untuk mengikuti pembaruan janji Baptis. It came to me as a shock. Sungguh pun aku tak menduga dan menyangka ini beneran terjadi. Satu per satu janji dibacakan. Dan setiap jawaban memberikan ku alasan untuk kembali menjadi seorang katolik yang ku banggakan. And my oath renewed as I stood there. God works in His mysterious ways. I'm just a mere insignificant speck of dust in this gigantic universe drifting along the river of time. Once again God touched me, giving me reason to be someone I once was. In that very moment God was trying to get me back on track. A second wind, a chance to begin again.
![]() |
| Reset |
Begin again. . .
Setelah misa selesai, hari sudah malam. Sekitar jam tujuh ku mulai perjalanan kembali ke Surabaya. Ku rasakan kesejukan dalam hati setelah mengikuti misa sore itu. Ini menjadi moodbooster untuk memulai seminggu selanjutnya. Semoga kesempatan untuk memulai lagi ini membuka lembaran baru untuk kehidupan iman saya. Sekian entri ini, Damai di Bumi.
In an instant, life could change and now and then begin again... DreamTheater, 2016
![]() |
| Proficiat Krismawan Krismawati Paroki St. Andreas Tidar. Berkah Dalem! |


Tidak ada komentar:
Posting Komentar