Laptop Legacy
Bulan ini melanjutkan rencana buat PC baru yaitu siapin laptop legacy. Maksud dari rencana ini agar laptop ASUS GL553VD masih bisa dipakai walaupun dengan kapasitas terbatas. 2 harddisk yang terpasang akan dipindah ke PC baru. Laptop dipasang SSD 256GB guna memaksimalkan potensi laptop ini maka dipasanglah SSD M.2 dengan form factor M.2 2280. SSD ini bentuknya kartu dengan dimensi 22x80x3 mm menggunakan slot M.2. Dipilih SSD yang kecepatan SATA3 agar masuk budget. Slot harddisk 2.5" nanti akan kosong dan misalkan mau digunakan secara rutin bisa ditambah harddisk 2.5" lagi. Dengan begini laptop tetap bisa dipakai apabila diperlukan.
![]() |
| Slot SSD M.2 sudah diisi |
Karena tidak ada perubahan OS dan laptop yang dipakai sama, maka OS dari harddisk di Cloning ke SSD. System clone dilakukan dengan bantuan EaseUs Todo Backup. System clone itu menduplikasi semua file secara persis dan sama ke volume baru. Proses system clone berjalan selama kurang lebih 15 menit. Drive C di harddisk sekitar 200GB diclone ke SSD 256GB. SSD diformat GPT lalu diclone. Hasilnya di SSD ada partisi baru yang bootable. Kemudian setting urutan boot di BIOS. Proses booting di SSD lebih cepat daripada booting di harddisk. Lihat video di bawah untuk perbandingan keduanya. Timer di start saat tombol power ditekan dan berhenti saat Steam Login muncul. Hasilnya ...
Dengan Harddisk
Dengan SSD
PC baru nanti tahun depan baru bisa lengkap setelah monitor dibeli. Sampai saat ini belum ada monitor yang dilirik. Pingin punya monitor yang speknya 1080p 100-120Hz dengan built-in speaker dan ukuran layar masih belum tahu juga. Sementara belum ada monitor, PC baru akan tetap dipakai lewat akses remote desktop. Laptop akan dipakai untuk mengakses PC baru. Akses remote desktop akan dicoba dengan Parsec. Nanti akan dites bagaimana performa saat gaming. Parsec ini penyedia cloud gaming. Penyewaan komputer berbayar dan bisa diakses dari tempat lain yang punya PC spek lebih rendah. Sepertinya untuk remote desktop PC sendiri tidak ada biaya karena core bussiness mereka adalah cloud gaming.
GPU
GPU - gozok pijit urut, hehe bukan. Graphic Processing Unit atau Graphic Card. Bisa dibilang 50-70% dari total harga PC set adalah untuk GPU sendiri. Awalnya berminat untuk pakai RTX 2070 Super. Harga baru berkisar 7-9jutaan. Nvidia seri RTX 20 ini pertama kali memiliki fitur Ray Tracing. Sounds cool right? GPU ini dirilis tahun 2019, masih 1 tahun dari rilis, relatif baru banget. Harga masih stabil dari tahun lalu dan hampir tidak ada barang second. Walaupun waktu entri ini ditulis Nvidia baru merilis seri RTX 30. Dengan harga segitu dan kompromi di part-part lain sempat yakin untuk beli GPU ini.
Pencarian terus berlanjut dengan lihat-lihat review dan cek harga di toko online. Saat lihat review tentang RTX 2060 Super vs RTX 2070 Super di sini. Ada hasil yang menarik sekali, yaitu di performa GTX 1080 Ti. Performa GTX 1080 Ti selalu tidak jauh dari RTX 2070 Super. Dan di review yang kedua juga menunjukkan hal yang sama. GPU lama yang tidak jauh performanya dengan GPU baru. Berbagai macam review juga memberikan masukan yang tidak jauh berbeda yaitu di tahun 2020, GTX 1080 Ti masih bersaing dengan GPU yang lebih baru. GTX 1080 Ti dirilis tahun 2017, tidak support fitur Ray Tracing. Dan yang berhasil merebut hati saya adalah pasar barang second. Di toko online newegg.com harga Aorus GTX 1080 Ti baru berkisar di USD 1000 dan used di USD 800. Di Sidoarjo ada yang jual GPU yang sama dan berhasil saya beli dengan harga Rp 8juta. Terbelilah GPU saya. Nanti sekitar 5-6 tahun lagi apabila PC akan diupgrade, part pertama yang ganti adalah GPU.
Beli beli beli
Bulan September yang sudah terbeli adalah SSD untuk laptop legacy, keyboard, dan GPU. Bulan Oktober ini akan mulai beli komponen utama lainnya.

